Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 28 September 2012

Matematika Diskrit (FUNGSI)


Fungsi


Apakah anda tahu tentang fungsi dalam matematika diskrit? tentu sudah tahu kan. karena di smk saya sudah pernah di ajarkan tentang fungsi dan kebanyak banyak tidak paham sama sekali. semoga saja di perkuliahan saya bisa belajar memahaminya. Fungsi adalah relasi yang khusus tiap elemen di dalam himpunan A harus digunakan oleh prosedur atau kaidah yang mendefinisikan f. dan frasa “dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B” berarti bahwa jika (a, b)   C   f dan (a, c) C f, maka b = c.

·       Misalkan A dan B himpunan.
Relasi biner f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B.

Jika f adalah fungsi dari A ke B  kita menuliskan
 f : A ® B
yang artinya f memetakan A ke B.

·       A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.

·       Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan atau transformasi.

·       Kita menuliskan f(a) = b jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B.

·       Jika f(a) = b, maka b dinamakan bayangan (image) dari a dan a dinamakan pra-bayangan (pre-image) dari b.

·       Himpunan yang berisi semua nilai pemetaan f disebut jelajah (range) dari f. Perhatikan bahwa jelajah dari f adalah himpunan bagian (mungkin proper subset) dari B









 
·       Fungsi adalah relasi yang khusus:
1.       Tiap elemen di dalam himpunan A harus digunakan oleh prosedur atau kaidah yang mendefinisikan f.

2.       Frasa “dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B” berarti bahwa jika (a, b) Î f dan (a, c) Î f, maka b = c.


·     Fungsi dapat dispesifikasikan dalam berbagai bentuk, diantaranya:
1.                 Himpunan pasangan terurut.
              Seperti  pada relasi.

2.                 Formula pengisian nilai (assignment).
             Contoh: f(x) = 2x + 10, f(x) = x2, dan  f(x) = 1/x.

3.                 Kata-kata
Contoh: “f adalah fungsi yang memetakan jumlah bit 1 di dalam suatu string biner”. 

4.                 Kode program (source code)
Contoh: Fungsi menghitung |x|

                                function abs(x:integer):integer;
         begin
            if x < 0 then
               abs:=-x
            else
               abs:=x;
        end;



Contoh 1. Relasi

                   f = {(1, u), (2, v), (3, w)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi dari A ke B. Di sini f(1) = u, f(2) = v, dan f(3) = w. Daerah asal dari f adalah A dan daerah hasil adalah B. Jelajah dari f adalah {u, v, w}, yang dalam hal ini sama dengan himpunan B.                                                                                                        


Contoh 2. Relasi

f = {(1, u), (2, u), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi dari A ke B, meskipun u merupakan bayangan dari dua elemen A.  Daerah asal fungsi adalah A, daerah hasilnya adalah B, dan jelajah fungsi adalah {u, v}. 


Contoh 3. Relasi

f = {(1, u), (2, v), (3, w)}

dari A = {1, 2, 3, 4} ke B = {u, v, w} bukan fungsi, karena tidak semua elemen A dipetakan ke B.


Contoh 4. Relasi

f = {(1, u), (1, v), (2, v), (3, w)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan fungsi, karena 1 dipetakan ke dua buah elemen B, yaitu u dan v.


Contoh 5. Misalkan f : Z ® Z didefinisikan oleh f(x) = x2. Daerah asal dan daerah hasil dari f adalah  himpunan bilangan bulat, dan jelajah dari f adalah himpunan bilangan bulat tidak-negatif.
·       Fungsi f dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau injektif (injective) jika tidak ada dua elemen himpunan A yang memiliki bayangan sama.





Contoh 6. Relasi

f = {(1, w), (2, u), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w, x} adalah fungsi satu-ke-satu,

Tetapi relasi

f = {(1, u), (2, u), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan fungsi satu-ke-satu, karena f(1) = f(2)  = u.                              


Contoh 7. Misalkan f : Z ® Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x – 1 merupakan fungsi satu-ke-satu?
Penyelesaian:
(i)  f(x) = x2 + 1 bukan fungsi satu-ke-satu, karena untuk dua x yang bernilai mutlak sama tetapi tandanya berbeda nilai fungsinya sama, misalnya f(2) = f(-2) = 5 padahal –2 ¹ 2.
(ii) f(x) = x – 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a ¹ b, 
 a – 1 ¹ b – 1.
Misalnya untuk x = 2, f(2) = 1 dan untuk x = -2, f(-2) = -3.                                                                                  
·       Fungsi f dikatakan dipetakan pada (onto) atau surjektif (surjective) jika setiap elemen himpunan B merupakan bayangan dari satu atau lebih elemen himpunan A.

·        Dengan kata lain seluruh elemen B merupakan jelajah dari f. Fungsi f disebut fungsi pada himpunan B.





 



Contoh 8. Relasi

f = {(1, u), (2, u), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} bukan fungsi pada karena w tidak termasuk jelajah dari f.

Relasi

f = {(1, w), (2, u), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} merupakan fungsi pada karena semua anggota B merupakan jelajah dari f.


Contoh 9. Misalkan f : Z ® Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x – 1 merupakan fungsi pada?
Penyelesaian:
(i) f(x) = x2 + 1 bukan fungsi pada, karena tidak semua nilai bilangan bulat merupakan jelajah dari f.
(ii)  f(x) = x – 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan bulat y, selalu ada nilai x yang memenuhi, yaitu y = x – 1 akan dipenuhi untuk x = y + 1.                                                                   
·       Fungsi f dikatakan berkoresponden satu-ke-satu atau bijeksi (bijection) jika ia fungsi satu-ke-satu dan juga fungsi pada.

Contoh 10. Relasi

f = {(1, u), (2, w), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena f adalah fungsi satu-ke-satu maupun fungsi pada.                                                                                                          

Contoh 11. Fungsi f(x) = x – 1 merupakan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena f adalah fungsi satu-ke-satu maupun fungsi pada.                                                                                


Fungsi satu-ke-satu,                                   Fungsi pada,
      bukan pada                                     bukan satu-ke-satu









                                                


Buka fungsi satu-ke-satu                          Bukan fungsi    
       maupun pada









                               


·       Jika f adalah fungsi berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka kita dapat menemukan balikan (invers) dari f.

·       Balikan fungsi dilambangkan dengan f –1. Misalkan a adalah anggota himpunan A dan b adalah anggota himpunan B, maka f -1(b) = a jika f(a) = b.

·       Fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu sering dinamakan juga fungsi yang invertible (dapat dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi balikannya. Sebuah fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan) jika ia bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena fungsi balikannya tidak ada.


Contoh 12. Relasi

f = {(1, u), (2, w), (3, v)}

dari A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w} adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu. Balikan fungsi f adalah

f -1 = {(u, 1), (w, 2), (v, 3)}

Jadi, f adalah fungsi invertible.                                                                                    

Contoh 13. Tentukan balikan fungsi f(x) = x – 1.
Penyelesaian:
Fungsi f(x) = x – 1 adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, jadi balikan fungsi tersebut ada.
Misalkan f(x) = y, sehingga y = x – 1, maka x = y + 1.  Jadi, balikan fungsi balikannya adalah f-1(y) = y +1.                                                                            


Contoh 14. Tentukan balikan fungsi f(x) = x2 + 1.
Penyelesaian:
Dari Contoh 3.41 dan 3.44 kita sudah menyimpulkan bahwa f(x) = x – 1 bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, sehingga fungsi balikannya tidak ada. Jadi, f(x) = x2 + 1 adalah funsgi yang not invertible.      


Komposisi dari dua buah fungsi.

Misalkan g adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f adalah fungsi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi f dan g, dinotasikan dengan f o g, adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan oleh

          (f o g)(a) = f(g(a))


Contoh 15. Diberikan fungsi
g = {(1, u), (2, u), (3, v)}
yang memetakan A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w}, dan fungsi
 f = {(u, y), (v, x), (w, z)}
yang memetakan B = {u, v, w} ke C = {x, y, z}. Fungsi komposisi dari A ke C adalah
f o g = {(1, y), (2, y), (3, x) }                                                                      


Contoh 16. Diberikan fungsi f(x) = x – 1 dan g(x) = x2 + 1. Tentukan f o g  dan g o f .
Penyelesaian:
(i) (f o g)(x) = f(g(x)) = f(x2 + 1) = x2 + 1 – 1 = x2.
(ii) (g o f)(x) = g(f(x)) = g(x – 1) = (x –1)2 + 1 = x2  - 2x + 2.                                                        
Beberapa Fungsi Khusus

1.  Fungsi Floor dan Ceiling
Misalkan x adalah bilangan riil, berarti x berada di antara dua bilangan bulat.

Fungsi floor dari x:

[x]  menyatakan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil  atau sama dengan x

Fungsi ceiling dari x:

[x]  menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama dengan x

Dengan kata lain, fungsi floor membulatkan x ke bawah, sedangkan fungsi ceiling membulatkan x ke atas.


Contoh 17. Beberapa contoh nilai fungsi floor dan ceiling:

                                                                         

Contoh 18. Di dalam komputer, data dikodekan dalam untaian byte, satu byte terdiri atas 8 bit. Jika panjang data 125 bit, maka jumlah byte yang diperlukan untuk merepresentasikan data adalah é125/8ù = 16 byte. Perhatikanlah bahwa 16 ´ 8 = 128 bit, sehingga untuk byte yang terakhir perlu ditambahkan 3 bit ekstra agar  satu byte tetap 8 bit (bit ekstra yang ditambahkan untuk menggenapi 8 bit disebut padding bits).                      
2.  Fungsi modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat positif.

 a mod m  memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi dengan m

a mod m = r  sedemikian sehingga a = mq + r, dengan 0 £ r < m.


Contoh 19. Beberapa contoh fungsi modulo

                   25 mod 7 = 4
                   15 mod 4 = 0
                   3612 mod 45 = 12
                   0 mod 5 = 5 
               –25 mod 7 = 3    (sebab –25 = 7 × (–4) + 3 )                                                       

3.  Fungsi Faktorial

                  

4.  Fungsi Eksponensial                         




Untuk kasus perpangkatan negatif,

                  

5.  Fungsi Logaritmik                            

Fungsi logaritmik berbentuk

 


Fungsi Rekursif

·       Fungsi f dikatakan fungsi rekursif jika definisi fungsinya mengacu pada dirinya sendiri. 

  



Fungsi rekursif disusun oleh dua bagian:
(a)  Basis
      Bagian yang berisi nilai awal yang tidak mengacu pada dirinya sendiri. Bagian ini juga sekaligus menghentikan definisi rekursif.

(b)  Rekurens 
      Bagian ini mendefinisikan argumen fungsi dalam terminologi dirinya sendiri. Setiap kali fungsi mengacu pada dirinya sendiri, argumen dari fungsi harus lebih dekat ke nilai awal (basis).


·       Contoh definisi rekursif dari faktorial:
(a)  basis:
        n! = 1             , jika n = 0
(b)  rekurens:
       n! = n ´ (n -1)!        , jika n > 0




5! dihitung dengan langkah berikut:

                   (1) 5! = 5 ´ 4!              (rekurens)
                   (2)     4! = 4 ´ 3!
                   (3)         3! = 3 ´ 2!
                   (4)             2! = 2 ´ 1!
                   (5)                 1! = 1 ´ 0!
                   (6)                      0! = 1

                                (6’)   0! = 1
                   (5’)   1! = 1 ´ 0! = 1 ´ 1 = 1
                   (4’)   2! = 2 ´ 1! = 2 ´ 1 = 2
                   (3’)   3! = 3 ´ 2! = 3 ´ 2 = 6
                   (2’)   4! = 4 ´ 3! = 4 ´ 6 = 24
                   (1’)   5! = 5 ´ 4! = 5 ´ 24 = 120

Jadi, 5! = 120.


Contoh 20. Di bawah ini adalah contoh-contoh fungsi rekursif lainnya:


1. 




2. Fungsi Chebysev




3. Fungsi fibonacci:              
Terima kasih sudah berkunjung di blog saya.
semoga bermanfaat.